Nama nama Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB )
Posted by septa
Sekretaris
Jenderal PBB adalah ketua Sekretariat PBB, salah satu bagian penting dari PBB.
Menurut Piagam PBB, Sekretaris Jenderal diangkat oleh Sidang Umum berdasarkan
rekomendasi Dewan Keamanan. Berikut ini nama-nama Sekretaris Jenderal PBB dari
awal terbentuknya sampai sekarang:
1.
Gladwyn Jebb dari Britania Raya (1945-1946).
Sir Hubert
Miles Gladwyn Jebb, First Lord dan Baron Gladwyn yang dikenal sebagai Gladwyn
Jebb (25 April 1900-24 Oktober 1996) adalah pegawai negeri, diplomat, dan
politikus Inggris.
Ia adalah anak dari Sydney Jebb, yang berasal dari Firbeck Hall (Yorkshire). Ia belajar di Eton College lalu melanjutkan ke Magdalen College, Oxford dan lulus sebagai peringkat pertama dalam Ilmu Sejarah. Pada 1929, ia menikah dengan Cynthia. Pernikahan tersebut melahirkan seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.
Jebb masuk dalam Dinas Diplomatik pada tahun 1924 dan mulai bertugas di Tehran, Roma dan kantor kementerian luar negeri. Setelah Perang Dunia II, ia menjadi penjabat pertama Sekretaris Jendral PBB antara tahun 1945-1946, setelah itu ia menjadi duta besar Britania Raya untuk PBB (1950-1954) dan untuk Prancis (1954-1960). Pada 1960 Jebb diberikan gelar kebangsawanan dengan nama Baron Gladwyn dan terlibat dalam dunia politik melalui Partai Liberal. Selain menjabat Wakil Pimpinan Partai (1965-1988), ia juga menjabat juru bicara untuk urusan luar negeri dan pertahanan. Ia juga menjabat sebagai anggota Parlemen Eropa (1973-1976) dan ikut memperebutkan kursi Suffolk di Parlemen Eropa pada 1979. Istrinya, Cynthia, adalah penulis jurnal mereka selama mereka tinggal di Paris dan berkiprah dalam dunia politik di Partai Liberal.
Ia adalah anak dari Sydney Jebb, yang berasal dari Firbeck Hall (Yorkshire). Ia belajar di Eton College lalu melanjutkan ke Magdalen College, Oxford dan lulus sebagai peringkat pertama dalam Ilmu Sejarah. Pada 1929, ia menikah dengan Cynthia. Pernikahan tersebut melahirkan seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.
Jebb masuk dalam Dinas Diplomatik pada tahun 1924 dan mulai bertugas di Tehran, Roma dan kantor kementerian luar negeri. Setelah Perang Dunia II, ia menjadi penjabat pertama Sekretaris Jendral PBB antara tahun 1945-1946, setelah itu ia menjadi duta besar Britania Raya untuk PBB (1950-1954) dan untuk Prancis (1954-1960). Pada 1960 Jebb diberikan gelar kebangsawanan dengan nama Baron Gladwyn dan terlibat dalam dunia politik melalui Partai Liberal. Selain menjabat Wakil Pimpinan Partai (1965-1988), ia juga menjabat juru bicara untuk urusan luar negeri dan pertahanan. Ia juga menjabat sebagai anggota Parlemen Eropa (1973-1976) dan ikut memperebutkan kursi Suffolk di Parlemen Eropa pada 1979. Istrinya, Cynthia, adalah penulis jurnal mereka selama mereka tinggal di Paris dan berkiprah dalam dunia politik di Partai Liberal.
2. Trygve Halvdan Lie dari Norwegia
(1946-1952).
Trygve
Halvdan Lie (16 Juli 1896 – 30 Desember 1968) adalah seorang politikus
Norwegia. Periode 1946 - 1952, ia tampil pertama sebagai Sekretaris Jenderal
Perserikatan Bangsa-bangsa.
3. Dag Hammarskjöld dari Swedia
(1953-1961).
Dag Hjalmar
Agne Carl Hammarskjöld ( Dag Hammarskjöld) (29 Juli 1905 – 18 September 1961)
ialah diplomat Swedia dan SekJen PBB yang ke-2.
Ia menjabat
dari April 1953 sampai kematiannya akibat kecelakaan pesawat pada September
1961.Dag Hammarskjöld dilahirkan di kota Jonkoping, Swedia, namun besar dan
menghabiskan tahun-tahun awalnya di Uppsala, tempat ayahnya menjabat sebagai
Gubernur Kaunti. Ia menjadi Dosen Senior Ilmu Ekonomi pada 1933, Wakil
Sekretaris dalam Kementerian Keuangan selama 10 tahun. Ia menjabat sebagai
Ketua Delegasi Swedia ke perundingan OECD antara 1947-48, Wakil Sekretaris
Tetap di Kementerian Luar Negeri antara 1949-51 dan kemudian bergabung dengan
pemerintahan sebagai menteri negara non-politik dengan kisaran isu
internasional yang luas. Pada April 1953, Dag Hammarskjöld diangkat sebagai
Sekretaris Jendral PBB."Anda akan memasuki pekerjaan terpenting di dunia
ini". Dengan kata-kata inilah Trygve Halvdan Lie menyerahkan mandatnya
sebagai Sekretaris Jendral PBB kepada Dag Hammarskjöld. Saat itu Perserikatan
Bangsa-Bangsa sedang menghadapi krisis paling serius, dan Lie memutuskan
melepaskan mandatnya. Hammarskjöld tidak terkenal saat menduduki jabatan itu;
namun segera ia memperlihatkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk membuat PBB
yang saat itu melempem efektif. Ia terkenal sebagai pemimpin terdedikasi dengan
visi luas untuk jabatannya. Digerakkan dengan kebulatan tekad pribadinya untuk
efektif dengan bereaksi cepat terhadap krisis-krisis yang dihadapi, ia mencoba
memecahkan masalah di tahap pertama, masalah yang ia percaya hanya akan menjadi
rumit bila ditunda. Selama masa jabatannya, ia juga
memperkenalkan diplomasi diam untuk membuka debat yang bisa menimbulkan konflik lebih dalam.Dag Hammarskjöld membawa otoritas baru untuk mandatnya sebagai Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia memelihara pendirian netral dalam cara kerjanya dan menekankan tanggung jawab PBB untuk menjamin kepentingan dan hak yang berkaitan dengan. Hammarskjöld juga menggagas penggunaan angkatan perdamaian PBB dan kebijakan ini menjadi ciri tetap dalam usaha penjagaan perdamaian PBB.Selama masa jabatannya, Hammarskjöld berhasil memperbaiki konsekuensi 3 krisis dunia: krisis Suez pada 1956, dan dalam konflik di Libanon dan Laos. Saat perang saudara pecah di Kongo, Hammarskjöld membantu meminta pasukan PBB dikirim ke daerah itu dan secara pribadi ia mencoba menengahi mereka yang bertengkar. Selama salah satu misi ini, pada 17 September 1961, Hammarskjöld terbunuh dalam kecelakaan pesawat di daerah yang kini Zambia.Secara anumerta Dag Hammarskjöld dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1961. Hammarskjöld juga memiliki kepribadian budaya yang kuat. Ia diakui sebagai penulis, penerjemah, dan salah satu dari 18 anggota Akademi Swedia.
memperkenalkan diplomasi diam untuk membuka debat yang bisa menimbulkan konflik lebih dalam.Dag Hammarskjöld membawa otoritas baru untuk mandatnya sebagai Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia memelihara pendirian netral dalam cara kerjanya dan menekankan tanggung jawab PBB untuk menjamin kepentingan dan hak yang berkaitan dengan. Hammarskjöld juga menggagas penggunaan angkatan perdamaian PBB dan kebijakan ini menjadi ciri tetap dalam usaha penjagaan perdamaian PBB.Selama masa jabatannya, Hammarskjöld berhasil memperbaiki konsekuensi 3 krisis dunia: krisis Suez pada 1956, dan dalam konflik di Libanon dan Laos. Saat perang saudara pecah di Kongo, Hammarskjöld membantu meminta pasukan PBB dikirim ke daerah itu dan secara pribadi ia mencoba menengahi mereka yang bertengkar. Selama salah satu misi ini, pada 17 September 1961, Hammarskjöld terbunuh dalam kecelakaan pesawat di daerah yang kini Zambia.Secara anumerta Dag Hammarskjöld dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1961. Hammarskjöld juga memiliki kepribadian budaya yang kuat. Ia diakui sebagai penulis, penerjemah, dan salah satu dari 18 anggota Akademi Swedia.
4. U
Thant dari Byrma/Myanmar 1961-1971
Maha Thray
Sithu U Thant (22 Januari, 1909 – 25 November, 1974) adalah seorang diplomat
dari Myanmar dan juga SekJen PBB yang ke-3, mulai tahun 1961 sampai dengan
1971. Dia terpilih menduduki posisi ini ketika Dag Hammarskjöld, Sekjen PPB
yang ke-2, tewas pada kecelakaan pesawat pada bulan September 1961.
5.
Kurt Waldheim dari Austria (1972-1981)
Kurt Josef Waldheim (21 Desember 1918-14 Juni 2007) adalah seorang diplomat Austria dan politikus konservatif. Ia menjabat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (1972 - 1981) dan Presiden Federal Austria pada periode 1986 - 1992.
Kurt Josef Waldheim (21 Desember 1918-14 Juni 2007) adalah seorang diplomat Austria dan politikus konservatif. Ia menjabat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (1972 - 1981) dan Presiden Federal Austria pada periode 1986 - 1992.
Ia adalah
mantan presiden Austria tertua dan mantan Sekretaris Jenderal tertua untuk
Perserikatan Bangsa-bangsa.Waldheim lahir di Sankt Andrä-Wördern, kini Vienna,
menjadi militer Jerman semasa Perang Dunia II. Ia terpilih sebagai presiden
pada 8 Juni 1986 dan pengangkatannya menimbulkan kontroversi internasional
karena ia dituduh terlibat gerakan Nazi selama Perang Dunia II. Enam tahun kepemimpinannya
ditandai dengan berbagai isolasi internasional.
6. Javier
Pérez de Cuéllar dari Peru (1982-1991).
Javier Pérez
de Cuéllar de la Guerra (lahir 19 Januari 1920 di Lima) ialah diplomat Peru
yang menjabat sebagai Sekjen ke-5 Perserikatan Bangsa-Bangsa dari 1 Januari
1982 sampai 31 Desember 1991.
Pada 1995,
ia kalah berpacu dengan Alberto Fujimori untuk jabatan Presiden Peru. Ia adalah
Presiden Dewan Menteri, sebagaimana MenLu dari November 2000 sampai Juli 2001,
selama periode turbulensi menyusul pengunduran Fujimori karena dugaan korupsi.
Pada September 2004, ia berhenti dari jabatannya sebagai Duta Besar Peru untuk
Perancis, di mana kini ia tinggal.Pada 31 Desember 1981, Pérez de Cuéllar
menggantikan Kurt Waldheim sebagai Sekretaris Jendral PBB untuk masa kedua pada
Oktober 1986. Selama 2 masa jabatannya, ia memimpin mediasi antara Britania
Raya dan Argentina setelah Perang Malvinas dan memperkembangkan usaha Grup
Contadora untuk membawa perdamaian dan stabilitas di Amerika Tengah. Ia juga
menengahi perundingan buat kemerdekaan Namibia, konflik di Sahara Barat antara
Maroko dan Front Polisario, serta isu Siprus. Masa jabatan keduanya sebagai
SekJen berakhir pada Januari 1992.
7. Boutros Boutros-Ghali dari Mesir
(1992-1996).
Boutros Boutros-Ghali
(lahir di Kairo, Mesir, 14 November 1922; umur 87 tahun) adalah Sekretaris
Jendral PBB yang keenam.Ia berasal dari Mesir dan menjabat sebagai
Sekjen PBB dari Januari 1992 hingga Desember 1996.Boutros Boutros-Ghali lahir
di Cairo dalam keluarga Kristen Koptik (Boutros adalah bentuk Arabik dari
Petros, bentuk Koptik dari nama Peter) yang telah memberikan Mesir seorang
Perdana Menteri (Boutros Ghali, 1846 – 1910).
Dia lulus dari Universitas Kairo
pada tahun 1946 dan mendapat Ph.D. dalam hukum internasional dari Universitas
Paris dan juga diploma dalam hubungan internasional dari Institut Ilmu Politik
Paris (lebih dikenal dengan sebutan sederhana Sciences Po) pada tahun 1949.
Tahun yang sama, dia ditunjuk menjadi Professor Hukum Internasional dan Hubungan
Internasional di Universitas Kairo, posisi yang ia pegang sampai 1977. Dia
menjadi Presiden Pusat Studi Politik dan Strategis pada 1975 dan Presiden
Perkumpulan Studi Politik Afrika pada 1980. Dia menjadi Pelajar Riset Fulbright
di Universitas Columbia dari 1954 sampai 1955, Direktur Pusat Riset di Akademi
Hukum Internasional Den Haag dari 1963 sampai 1964, dan Visiting Professor di
Fakultas Hukum Universitas dari 1967 sampai 1968.Dia telah lama dikaitkan
dengan pihak yang berkuasa di Mesir. Karir politiknya menanjak pada zaman
mantan presiden Anwar El-Sadat. Dia adalah anggota Komite Pusat Persatuan
Sosialis Arab (1974-77). Dia telah menjabat di Kementrian Negara Urusan Luar
Negeri Mesir semenjak 1977 sampai awal 1991. Dia lalu menjadi Wakil Menteri Luar
Negeri untuk beberapa bulan sebelum pindah ke PBB. Sebagai Menteri Negara
Urusan Luar Negeri, dia memainkan peranan dalam persetujuan perdamaian antara
Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin.
8. Kofi Annan dari Ghana (1997-2006).
Kofi Atta
Annan (lahir 8 April 1938; umur 71 tahun) adalah diplomat asal Ghana yang
tampil ketujuh sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa pada
periode 1 Januari 1997 hingga 31 Desember 2006 untuk dua kali masa jabatan lima
tahunan.
Pada 1 Januari
2007, ia digantikan Ban Ki-moon. Ia pernah meraih Piala Nobel Perdamaian pada
2001. Sejak Juni 2007, ia memimpin Aliansi untuk Revolusi Hijau di Afrika,
sebuah organisasi yang bertujuan meningkatkan hasil produksi pertanian dan
perkebunan di Afrika sekaligus melawan kelaparan, kekurangan persediaan air
bersih, dan erosi tanah. Organisasi itu dibentuk tahun 2006 oleh Yayasan Bill
dan Melinda Gates serta Yayasan Rockefeller dengan dana bantuan 150 juta USD.
Pada 1962, Annan bekerja sebagai pegawai anggaran untuk Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), sebuah badan PBB. Dari 1974-1976, ia bekerja sebagai Direktur Pariwisata di Ghana. Sesudah itu, ia bekerja kembali di PBB sebagai Asisten Sekretaris Jenderal di tiga posisi berurutan: Manajemen Sumber Daya Manusia dan Koordinator Keamanan (1987-1990), Perencanaan Program, Anggaran dan Keuangan, dan Pengawas (1990-1992), serta Operasi Penjaga Perdamaian (Maret 1993-Februari 1994).Dalam bukunya Shake Hands with the Devil: The Failure of Humanity in Rwanda (Berjabat Tangan dengan Iblis: Kegagalan Umat Manusia di Rwanda), bekas Jenderal Roméo Dallaire yang menjabat sebagai komandan pasukan UNAMIR mengklaim bahwa Annan terlalu pasif dalam menanggapi genosida suku Tutsi pada 1994 di Rwanda. Jen. Dallaire dengan terang-terangan mengatakan bahwa Wakil Sekretaris Jenderal untuk Operasi Penjaga Perdamaian mencegah pasukan-pasukan PBB ikut campur dalam memecahkan konflik dan dalam memberikan lebih banyak dukungan logistik dan materi. Misalnya, ia mengklaim bahwa Annan gagal memberikan tanggapan terhadap faks Dallaire yang dikirim berulang-ulang memintanya agar diberikan akses ke gudang senjata, yang mestinya dapat menolong membela suku Tutsi. Namun Dallaire mengakui bahwa Annan adalah orang yang dirasakannya sangat "tinggi komitmennya" terhadap prinsip-prinsip pembentukan PBB.Annan saat itu menjabat Wakil Sekretaris Jenderal sampai Oktober 1995 ketika ia diangkat sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jendearl PBB ke bekas Yugoslavia. Ia bertugas selama lima bulan dalam kapasitas ini dan kembali ke tugas-tugasnya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal pada April 1996.Pada 13 Desember 1996, Annan terpilih oleh Dewan Keamanan PBB sebagai Sekretaris Jenderal, dan dikukuhkan empat hari kemudian lewat pemungutan suara di Majelis Umum. Annan segera mengambil sumpah jabatan, dan memulai masa jabatannya yang pertama sebagai Sekretaris Jenderal pada 1 Januari 1997. Annan menggantikan Sekretaris Jenderal Boutros Boutros-Ghali dari Mesir, yang berakhir masa jabatannya. Ia menjadi orang pertama dari sebuah negara Afrika Hitam yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Masa jabatan Annan sebagai Sekjen diperbarui pada 1 Januari 2002, dalam sebuah penyimpangan yang tidak lazim dari kebijakan yang tak resmi. Jabatan ini biasanya berotasi di antara benua, masing-masing dengan dua masa jabatan. Karena pendahulu Annan adalah Boutros-Ghali yang juga berasal dari Afrika, Annan biasanya hanya akan menjabat satu masa jabatan. Perpanjangan masa jabatannya menunjukkan popularitas Annan.
Pada 1962, Annan bekerja sebagai pegawai anggaran untuk Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), sebuah badan PBB. Dari 1974-1976, ia bekerja sebagai Direktur Pariwisata di Ghana. Sesudah itu, ia bekerja kembali di PBB sebagai Asisten Sekretaris Jenderal di tiga posisi berurutan: Manajemen Sumber Daya Manusia dan Koordinator Keamanan (1987-1990), Perencanaan Program, Anggaran dan Keuangan, dan Pengawas (1990-1992), serta Operasi Penjaga Perdamaian (Maret 1993-Februari 1994).Dalam bukunya Shake Hands with the Devil: The Failure of Humanity in Rwanda (Berjabat Tangan dengan Iblis: Kegagalan Umat Manusia di Rwanda), bekas Jenderal Roméo Dallaire yang menjabat sebagai komandan pasukan UNAMIR mengklaim bahwa Annan terlalu pasif dalam menanggapi genosida suku Tutsi pada 1994 di Rwanda. Jen. Dallaire dengan terang-terangan mengatakan bahwa Wakil Sekretaris Jenderal untuk Operasi Penjaga Perdamaian mencegah pasukan-pasukan PBB ikut campur dalam memecahkan konflik dan dalam memberikan lebih banyak dukungan logistik dan materi. Misalnya, ia mengklaim bahwa Annan gagal memberikan tanggapan terhadap faks Dallaire yang dikirim berulang-ulang memintanya agar diberikan akses ke gudang senjata, yang mestinya dapat menolong membela suku Tutsi. Namun Dallaire mengakui bahwa Annan adalah orang yang dirasakannya sangat "tinggi komitmennya" terhadap prinsip-prinsip pembentukan PBB.Annan saat itu menjabat Wakil Sekretaris Jenderal sampai Oktober 1995 ketika ia diangkat sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jendearl PBB ke bekas Yugoslavia. Ia bertugas selama lima bulan dalam kapasitas ini dan kembali ke tugas-tugasnya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal pada April 1996.Pada 13 Desember 1996, Annan terpilih oleh Dewan Keamanan PBB sebagai Sekretaris Jenderal, dan dikukuhkan empat hari kemudian lewat pemungutan suara di Majelis Umum. Annan segera mengambil sumpah jabatan, dan memulai masa jabatannya yang pertama sebagai Sekretaris Jenderal pada 1 Januari 1997. Annan menggantikan Sekretaris Jenderal Boutros Boutros-Ghali dari Mesir, yang berakhir masa jabatannya. Ia menjadi orang pertama dari sebuah negara Afrika Hitam yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Masa jabatan Annan sebagai Sekjen diperbarui pada 1 Januari 2002, dalam sebuah penyimpangan yang tidak lazim dari kebijakan yang tak resmi. Jabatan ini biasanya berotasi di antara benua, masing-masing dengan dua masa jabatan. Karena pendahulu Annan adalah Boutros-Ghali yang juga berasal dari Afrika, Annan biasanya hanya akan menjabat satu masa jabatan. Perpanjangan masa jabatannya menunjukkan popularitas Annan.
9. Ban Ki-moon dari Korea Selatan
(2007-2011).
Ban Ki-moon
(lahir di Eumseong, Chungcheong Utara, Korea, 13 Juni 1944; umur 65 tahun)
adalah seorang diplomat Korea Selatan dan Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-bangsa saat ini.
Ia
menggantikan Kofi Annan yang telah menyelesaikan masa jabatannya pada 1 Januari
2007.Ban pernah menjabat menteri urusan luar negeri Republik Korea pada periode
Januari 2004-1 November 2006. Pada 13 Oktober 2006, ia terpilih menjadi
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa yang kedelapan pada Sidang Umum Perserikatan
Bangsa-bangsa dan dilantik pada 14 Desember 2006.
Pada Februari 2006, Ban menyatakan pencalonannya untuk menggantikan Kofi Annan sebagai Sekretaris Jenderal PBB pada akhir 2006. Ini adalah kali pertama seorang Korea Selatan mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan tersebut.Ban menduduki tempat teratas pada setiap kali pengumpulan pendapat yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB pada 24 Juli, 14 September, dan 28 September. Dalam pengumpulan pendapat kedua, ia memperoleh 14 suara "yang menggembirakan" dan 1 suara "yang mengecewakan". The Australian melaporkan bahwa satu suara yang mengecewakan itu berasal dari Qatar, yang menyiratkan bahwa Ban mendapatkan dukungan dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan yang mempunyai hak untuk memveto kandidat. Pada pengumpulan pendapat ketiga, Ban memperoleh 13 suara yang menggembirakan, satu suara yeng mengecewakan, dan satu suara “tidak ada pendapat”. Tidak jelas apakah ke-13 pendukungnya kali ini mencakup kelima anggota tetap Dewan Keamanan.
Pengumpulan pendapat keempat dilangsungkan pada 2 Oktober. Pengumpulan suara kali ini diberi kode warna untuk membedakan antara suara anggota tetap dan yang tidak tetap.Pada 9 Oktober, Dewan Keamanan PBB resmi mencalonkan Ban sebagai Sekretaris Jenderal PBB yang baru. Keputusan ini masih harus dikukuhkan oleh Sidang Umum PBB yang akan bertemu pada akhir tahun 2006.Ban mengklaim fasih berbahasa Inggris dan Perancis yang telah lama menjadi bahasa utama secara de facto di PBB. Akan tetapi, ia terlihat agak sukar menjawab pertanyaan dalam bahasa Perancis dari wartawan sejak dilantik sebagai Sekretaris Jendral PBB
Pada Februari 2006, Ban menyatakan pencalonannya untuk menggantikan Kofi Annan sebagai Sekretaris Jenderal PBB pada akhir 2006. Ini adalah kali pertama seorang Korea Selatan mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan tersebut.Ban menduduki tempat teratas pada setiap kali pengumpulan pendapat yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB pada 24 Juli, 14 September, dan 28 September. Dalam pengumpulan pendapat kedua, ia memperoleh 14 suara "yang menggembirakan" dan 1 suara "yang mengecewakan". The Australian melaporkan bahwa satu suara yang mengecewakan itu berasal dari Qatar, yang menyiratkan bahwa Ban mendapatkan dukungan dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan yang mempunyai hak untuk memveto kandidat. Pada pengumpulan pendapat ketiga, Ban memperoleh 13 suara yang menggembirakan, satu suara yeng mengecewakan, dan satu suara “tidak ada pendapat”. Tidak jelas apakah ke-13 pendukungnya kali ini mencakup kelima anggota tetap Dewan Keamanan.
Pengumpulan pendapat keempat dilangsungkan pada 2 Oktober. Pengumpulan suara kali ini diberi kode warna untuk membedakan antara suara anggota tetap dan yang tidak tetap.Pada 9 Oktober, Dewan Keamanan PBB resmi mencalonkan Ban sebagai Sekretaris Jenderal PBB yang baru. Keputusan ini masih harus dikukuhkan oleh Sidang Umum PBB yang akan bertemu pada akhir tahun 2006.Ban mengklaim fasih berbahasa Inggris dan Perancis yang telah lama menjadi bahasa utama secara de facto di PBB. Akan tetapi, ia terlihat agak sukar menjawab pertanyaan dalam bahasa Perancis dari wartawan sejak dilantik sebagai Sekretaris Jendral PBB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar